Menyanyi adalah Proses Fisiologis
Penyanyi adalah musisi yang menggunakan tubuh sebagai instrumentnya. Maka menyanyi adalah proses fisiologis, sebelum masuk ke topik rasa dan imajinasi. Udara dari paru-paru mengalir dan menggetarkan pita suara. Rongga tenggorokan dan rongga mulut menciptakan resonansi dan artikulasi yang disempurnakan oleh pergerakan rahang, lidah dan bibir. Karena paru-paru bukan otot, melainkan jaringan lunak semacam spons, maka dia tidak bisa diperintahkan untuk bergerak. Otot diafragmalah, yang terletak di bawah paru-paru, yang membantu paru-paru mengalirkan udara.
Diafragma berbentuk seperti payung yang mampu mengembang dan menguncup. Diafragma bertanggung-jawab untuk mengelola besar kecilnya aliran udara dari paru-paru. Ketika mengembang diafragma membantu paru-paru menghisap ogsigen dan ketika menguncup mendesak paru-paru mengalirkan udara keluar. Maka PR terbesar seorang penyanyi yang baik adalah mengembangkan kemampuan mengelola pergerakan diafragma. Diafragma yang kaku dan statis adalah neraka bagi penyanyi. Dan diafragma yang tidak terkendali dan mudah menguncup menjadikan penyanyi boros nafas. Karena tidak ada penyanyi dengan nafas panjang atau pendek. Semua sama. Bukankah volume paru-paru setiap penyanyi tidak jauh berbeda? Pernafasan penyanyi hanya menyangkut soal nafas boros dan nafas irit.
Ketidakmampuan penyanyi mengelola pergerakan otot diafragma ketika intonasi, menjadikan tubuh secara tidak sadar menggunakan otot lain seperti otot perut, rahang, leher, atau tengkuk, sebagai ’pegangan’, yang justru semakin menyesatkan arah perkembangan suara penyanyi. Pengelolaan otot diafragma yang tepat, menjadi syarat utama menyanyi dengan rileks, dan menjadi awal pengembangan kualitas suara.
Tahapan Mengelola Diafragma
Sebenarnya semua manusia pernah mahir menggunakan otot diafragma untuk memproduksi suara, yaitu pada saat masih bayi. Semua bayi menangis dengan dukungan otot diafragma. Namun ketika beranjak dewasa mulailah kebiasaan ini ditinggalkan dan lebih banyak menggunakan pernafasan dada. Kemungkinan besar karena perkembangan emosional. Ketika emosi meningkat dan nafas memburu, kebanyakan orang dewasa secara otomatis lebih menggunakan pernafasan dada.
Ketika menarik nafas, penyanyi disarankan mengembangkan otot diafragma yang terletak tepat di rusuk paling bawah, atau rongga perut bagian atas, dan bukan otot di sekitar pusar. Pundak dan dada tidak bergerak ke atas. Setelah mengambil nafas, berhenti bernafas tanpa mengetatkan otot di sekitar leher. Kemudian mempertahankan dinding perut tanpa mengetatkannya, dan bunyikan suara pada nada tengah yang terjangkau. Pada fase ini sungguh harus diusahakan dinding perut tidak mengempis. Setelah nafas habis, tarik nafas lagi dengan mengembangkan diafragma, tanpa mengempiskan perut lebih dahulu. Langsung mengembang saja, stop, dan intonasi lagi.
Latihan menggerakkan diafragma bisa dilakukan dimana saja. Ketika sedang menyetir mobil misalnya. Caranya dengan mengembangkan diafragma, stop, dan intonasi atau bisa juga dengan mendesis. Diulang berkali-kali sampai sungguh menyadari dan trampil mengelola otot diafragma.
Jay Wijayanto
Choral Conductor & Vocal Coach